Ketika pertama kali terjun ke dunia pasar modal, sering kita dengar istilah “saham undervalued.” Istilah ini mengacu pada saham yang diperdagangkan di bawah nilai wajarnya. Ibaratnya, kamu membeli barang bagus dengan harga diskon. Namun, mencari saham undervalued tidak semudah melihat label “sale” di etalase toko. Berikut beberapa tips santai namun mudah dipahami agar kamu bisa lebih jeli dan bijak saat memilih saham undervalued.
1. Kenali Fundamental Perusahaan
Sebelum membeli saham, penting untuk memahami bisnis inti perusahaan. Apa produk atau jasa yang mereka tawarkan? Bagaimana prospek industrinya? Hal ini membantu menilai apakah perusahaan tersebut punya modal kuat untuk bertahan dan berkembang.
Tips Praktis:
Baca Juga: Mau Tau Info Saham Murah, Fundamental OK
Baca laporan tahunan (annual report) atau ringkasan kinerja keuangan yang biasanya tersedia di situs resmi perusahaan.
Amati tren pendapatan dan laba bersihnya. Apakah cenderung naik stabil atau sering naik-turun?
2. Gunakan Rasio Keuangan Sederhana
Kamu tidak perlu hafal semua rasio yang rumit untuk menilai saham undervalued. Beberapa rasio berikut bisa jadi titik awal:
- Price-to-Earnings (P/E) Ratio
Cara hitung: Harga saham dibagi laba bersih per saham (EPS).
Apa artinya: Semakin rendah P/E, artinya harga relatif lebih murah dibandingkan pendapatan perusahaan.
Catatan: Bandingkan P/E dengan perusahaan sejenis atau rata-rata industri agar lebih akurat. - Price-to-Book (P/B) Ratio
Cara hitung: Harga saham dibagi dengan nilai buku per saham.
Apa artinya: P/B di bawah 1 bisa menandakan saham undervalued, tetapi pahami juga alasannya kenapa P/B bisa serendah itu. - Debt-to-Equity (D/E) Ratio
Cara hitung: Total utang dibagi total ekuitas perusahaan.
Apa artinya: Semakin kecil, berarti beban utang perusahaan relatif aman. Utang yang tinggi bisa bikin bisnis lebih berisiko, meskipun harga sahamnya murah.
3. Cari Diskrepansi Antara Harga dan Nilai
Apa itu “nilai wajar” saham?
Baca Juga: Pengertian Investasi Saham untuk Pemula
Ibarat beli rumah: nilai wajar ditentukan berdasarkan kondisi bangunan, lokasi, dan potensi masa depan.
Untuk saham, nilai wajar mencakup kesehatan keuangan, prospek industri, manajemen, dan sentimen pasar.
Gimana cara cari diskrepansi?
Buat perkiraan laba perusahaan ke depan (proyeksi 1-2 tahun).
Hitung rasio P/E berdasarkan proyeksi itu, bukan data historis saja.
Kalau angkanya relatif rendah, saham itu mungkin undervalued.
4. Pantau Sentimen Pasar
Kadang, sebuah saham turun tajam bukan karena fundamentalnya jelek, tapi karena berita negatif sesaat atau isu global (contohnya isu ekonomi atau politik). Jika keyakinanmu pada fundamental perusahaan masih kuat, penurunan harga ini bisa jadi kesempatan beli murah.
Tips Praktis:
Baca Juga: Strategi Investasi Jangka Panjang: Yuk, Belajar Saham dari Sekarang!
Ikuti berita finansial dan analisis pasar secara rutin.
Periksa apakah perusahaan menghadapi masalah temporer atau memang kritis (misalnya gagal bayar utang).
5. Sabar Menanti “Katalis”
Katalis adalah peristiwa atau berita yang bisa memicu harga saham untuk naik menuju nilai wajarnya. Contoh katalis:
Laporan keuangan yang menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Perubahan regulasi yang menguntungkan industri tersebut.
Ekspansi bisnis ke pasar baru.
Sebagai pemula, terkadang kita terburu-buru menantikan harga naik. Padahal, proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Bersabarlah.
6. Diversifikasi
Meski punya keyakinan kuat terhadap satu saham, jangan taruh seluruh modal di sana. Prinsip “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang” tetap berlaku. Diversifikasi ke beberapa saham potensial bisa mengurangi risiko ketika satu saham tidak berjalan sesuai harapan.
Tips Praktis:
Sisihkan persentase modal ke sektor yang berbeda. Misalnya sebagian ke sektor konsumer, sebagian ke teknologi, dan sebagainya.
Pertimbangkan juga instrumen investasi lain seperti reksadana atau obligasi kalau ingin lebih aman.
7. Buat Rencana dan Pantau Perkembangan
Setelah memutuskan membeli saham yang dianggap undervalued, tetapkan target harga atau target waktu. Pantau perkembangan keuangan perusahaan setiap kuartal untuk memastikan fundamentalnya tetap solid.
Poin Penting:
Catat alasan kamu membeli saham tersebut.
Jika alasannya berubah (misalnya fundamental jadi memburuk), pertimbangkan untuk keluar.
Jangan terlalu terpengaruh gejolak harga harian. Fokus ke tren jangka panjang.
Memburu saham undervalued bukan sekadar mencari P/E rendah atau harga saham yang lagi diskon. Penting untuk memahami bisnis dan memadukan berbagai sudut pandang: fundamental, rasio keuangan, sentimen pasar, hingga katalis potensial. Yang paling utama adalah disiplin dan sabarlah memegang saham ini sampai harga benar-benar mencerminkan nilai wajarnya.